I.
Judul Percobaan :
Entropi
Sistem
II.
Tanggal Percobaan :
31 Oktober 2013
Tujuan
Percobaan :
Mempelajari perubahan
entropi sistem pada beberapa reaksi.
IV.
Kajian Teori :
Entropi
dapat didefinisikan sebagai bentuk ketidakteraturan perilaku partikel dalam sistem
terhadap lingkungan. Entropi didasarkan pada perubahan setiap keadaan yang
dialami partikel dari keadaan awal hingga keadaan akhirnya. Entropi juga
merupakan suatu fungsi keadaan dan dilambangkan S, dan perubahan entropi dilambangkan
. Entropi juga dapat
didefinisikan sebagai ukuran untuk menyatakan ketidakteraturan sistem.

Wujud
zat ada tiga macam, yaitu padat, cair, dan gas. Susunan partikel dalam zat
padat begitu teratur. Pada zat cair partikel – partikelnya kurang teratur,
sedangkan dalam gas makin tidak teratur. Pada reaksi kimia terjadi perubahan
dari keadaan teratur menjadi kurang teratur dan sebaliknya. Beberapa proses
kimia terjadi, bahakan walau tidak ada perubahan energi total. Reaksi spontan
terjadi bila keadaan terbawa pada kondisi kekacauan yang lebih besar. Dalam
volume yang mengembang, molekul gas individual meiliki derajat kebebasan yang
lebih besar untuk bergerak sehingga lebih tidak teratur. Ukuran
ketidakteraturan suatu sistem dinyatakan dengan entropi yang diberi lambang S. Kita
hanya dapat mengukur nilai perubahan ketidakteraturannya saja yang biasa
dilambangkan dengan (Δ).
Pada
suhu nol mutlak, semua gerakan atom dna molekul berhenti, dan ketidakteraturan
(entropi) zat padat sempurna seperti itu adalah nol (Entropi nol pada suhu nol
sesuai dengan hukum ketiga termodinamika). Semua zat di atas nol mutlak akan
memiliki nilai entropi positif yang terus bertambah seiring meningkatnya suhu.
Dengan kata lain, bila pada suatu reaksi kimia terjadi perubahan dari keadaan
teratur menjadi kurang teratur,maka perubahan entropi (ΔS) positif dan menunjukkan bahwa reaksi
berlangsung spontan. Namun, bila pada suatu reaksi kimia terjadi perubahan dari
keadaan kurang teratur menjadi teratur, maka perubahan entropi (ΔS) negatif.
Hal
ini sesuai dengan hukum kedua termodinamika yang mengatakan bahwa entropi
sistem dan lingkungannya selalu meningkat dalam keadaan spontan. Jadi, hukum
pertama dan kedua termodinamika menunjukkan bahwa untuk semua proses perubahan
kimia di alam semesta, energi selalu kekal namun entropi selalu meningkat.
·
Entropi
dan Hukum Kedua Termodinamika
Perubahan
entropi dalam termodinamika, hanya memperhatikan keadaan awal dan akhir, dan
tidak memperhatikan proses yang menghubungkan keadaan awal dan akhir sistem
tersebut. Hukum kedua termodinamika dalam konsep entropi mengatakan, “Sebuah proses alami yang
bermula di dalam suatu keadaan kesetimbangan
dan berakhir didalam satu kesetimbangan lain akan bergerak di dalam arah yang
menyebabkan entropi dan sistem dari lingkungannya semakin besar”.
Penerapan
hukum kedua termodinamika pada sistem kimia memungkinkan ahli kimia meramalkan
perilaku reaksi kimia.jika dua benda yang memiliki temperatur berbeda T1 dan T2
berinteraksi sehingga mencapai temperatur yang serbasama T, maka dapat dikatakan
bahwa sistem tersebut menjadi lebih tidak teratur.
Proses – proses yang dapat
menyebabkan peningkatan entropi adalah :
-
Padatan meleleh menjadi cairan
-
Padatan atau cairan menguap membentuk
gas
-
Padatan atau cairan bercampur dengan
pelarut untuk membentuk larutan nonelektrolit
-
Reaksi kimia menghasilkan suatu kenaikan
jumlah molekul – molekul gas
-
Suatu zat dipanaskan (temperatur
meningkat).
Berdasarkan perhitungan dalam lingkar Carnot, maka:
|

q2 dan q4 = 0, sehingga pada proses
lingkar ini dapat dinyatakan bahwa

Persamaan (8) berlaku untuk setiap proses lingkar yang
reversible. Besaran di belakang tanda integral pada persamaan (8) harus
merupakan diferensial total dan ini berarti merupakan suatu fungsi keadaan.
Oleh Clasius besaran ini disebut sebagai entropi (S). Selanjutnya, fungsi
entropi didefinisikan sebagai:


Pada proses isotermis,
dan berlaku untuk
proses isotermis, baik reversibel, maupun irreversibel, walaupun kalor yang
diserap q < qrev tidak berarti
.


Jika reaksi tidak terjadi pada
proses isotermis dan terjadi pada tekanan tetap, maka besarnya entropi secara
otomatis dipengaruhi oleh perubahan suhu, sehingga:
Karena qp = n Cp dT,
maka:

· Kalor
Kalor, biasanya dilambangkan dengan
q atau Q, merupakan salah satu bentuk energi yang dapat dipertukarkan oleh
sistem dan lingkungan karena adanya perbedaan suhu. Perubahan kalor bergantung
pada jalannya sistem sehingga bukan merupakan fungsi keadaan. Besarnya kalor
yang terlibat dalam suatu reaksi dipengaruhi oleh perubahan suhu yang terjadi
dalam reaksi, sehingga:
Q = m c dT
Di
mana c adalah kalor jenis zat yang terlibat dalam reaksi.
· Entalpi
(H)
Entalpi (H) adalah besarnya energi
yang dimiliki suatu benda. Kita tidak dapat mengamati H, tetapi, yang dapat
kita amati hanyalah perubahannya (ΔH), dan entalpi merupaka fungsi keadaan. ΔH
juga dapat bernilai positif, atau negatif. Apabila suatu reaksi berlangsung
secara eksoterm, maka ΔH bernilai negatif karena pada reaksi ini terjadi
pelepasan kalor. Apabila ΔH bernilai positif, maka reaksi berlangsung secara
endoterm dan terjadi penyerapan kalor. Harga perubahan entalpi (ΔH) juga dapat
dipengaruhi oleh suhu. Apabila terjadi kenaikan suhu, maka ΔH bernilai positif,
sebaliknya, apabila terjadi penurunan suhu, maka ΔH bernilai negatif. Apabila
sebuah reaksi kimia terjadi pada tekanan tetap, maka besarnya nilai perubahan
entropi dapat diketahui dari kalor yang terlibat dalam rekasi, yaitu:
ΔH = - q
Uji
perubahan entropi pada suatu reaksi kimia tertentu dapat dilakukan dengan 2
cara yaitu :
1.
Analisis Kualitatif
2. Analisis Kuantitatif
Analisis
kualitatif artinya Mengamati perubahan fase yang terjadi setelah zat-zat yang
akan diuji direaksikan. Apakah terjadi perubahan fase, misal dari padat ke
cair,cair ke gas ,padat ke gas dan sebaliknya. Perubahan fase ini akan
menentukan suatu entropi naik (∆S) positif atau (∆S) negatif dilihat dari
ketidakaturan partikel suatu zat.
Analisis kuantitatif
artinya Menentukan Entropi lewat suatu perhitungan. Yaitu dengan rumus sebagai
berikut :

Jika keadaan sistem berubah dari keadaan 1 ke keadaan 2,
maupunperubahan entropinya adalah sebesar

Pada
Proses isotermis sebagai berikut :


Rumus
tersebut berlaku untuk proses isotermis baik reversible maupun tak reversible
walaupun kalor yang diserap Q<Qrev tidak berarti 

V.
Alat dan Bahan :
Ø Alat :
1.
Tabung Reaksi 3
Buah
2.
Termometer 0-100o C 1 Buah
3.
Spatula 1
Buah
4.
Tempat Rol Film Plastik 1
Buah
5.
Gelas Ukur 10 mL 1
Buah
Ø Bahan :
1.
NaOH padat
2.
KNO3 padat
3.
Larutan HCl 0,1 M
4.
NH4Cl padat
5.
Ba(OH)2 padat
6.
Aquades
7.
Logam Mg
VI.
Prosedur Percobaan :
·
Prosedur 1
![]() |
![]() |
![]() |
|||
|
![]() |
|||
![]() |
·
Persamaan Reaksi :
Tabung
1 : H2O(l)
+ NaOH(s) àNaOH(aq)
Tabung
2 : H2O(l)
+ KNO3(s) à
KNO3(aq)
Tabung
3 : 2HCl(l)
+ Mg(s) à
MgCl2(aq) + H2(g)
v Prosedur 2
![]() |
·
Persamaan Reaksi :
Ba(OH)2(S) + 2NH4Cl(s)
àBaCl2(s)
+ 2NH3(g) + 2H2
VII.
Hasil Pengamatan :
No. Perc
|
Prosedur percobaan
|
Hasil Pengamatan
|
Dugaan/reaksi
|
Kesimpulan
|
||||||||||||
1.
2.
|
![]() ![]() ![]()
![]()
![]()
![]() ![]() ![]()
|
H2O :
tidak berwarna
NaOH(s) :
padatan putih
KNO3(s) :
padatan putih
Mg(s) :
padatan abu-abu
HCl(aq) :
larutan tidak berwarna
·
Tabung A :
Berat NaOH : 0,112 gram
Suhu awal H2O (T1A) : 30oC
H2O +
NaOH(s) : padatan larut dan larutan tidak berwarna, tabung
terasa panas
Suhu akhir (T2A) : 34oC
·
Tabung B :
Berat KNO3
: 0,8 gram
Suhu awal H2O (T1B) : 30oC
H2O +
KNO3(s) : padatan larut dan larutan tidak berwarna
Suhu akhir (T2B) : 32oC
·
Tabung C :
Berat Mg(s)
: 0,015 gram
Suhu awal H2O (T1C) : 30oC
H2O
+ Mg(s) : terbentuk
gelembung dan larutan tidak berwarna
Suhu akhir (T2C) : 33oC
Ba[OH]2(s) : padatan putih
Berat Ba[OH]2(s) : 0,087 gram
NH4Cl(s) : padatan putih
Berat NH4Cl(s) : 0,058 gram
T1 :
30o C
Bau gas : gas amoniak, menyengat
T2 : 31o C
|
a. H2O(l)
+ NaOH(s) à NaOH(aq)
b. H2O(l)
+ KNO3(s) à KNO3(aq)
c. 2HCl(l)
+ Mg(s) à MgCl2(aq)
+ H2(g)
Ba(OH)2(S) + 2NH4Cl(s)
àBaCl2(s)
+ 2NH3(g) + 2H2O
|
·
Pada tabung A :
∆H = -8,485 x 10-1
J
∆S = 2,764 x 10-3
J/K
·
Pada tabung B :
∆H = -1,197 J
∆S = 3,924 x 10-3
J/K
·
Pada tabung C :
∆H = -8,161 x 10-1
J
∆S = 26,67 x 10-1
J/K
·
Keteraturan hubungan antara entropi dengan entalpi
yaitu pada saat nilai entalpi negatif maka nilai entropi positif dan reaksi
berjalan spontan dan sebaliknya.
Pada tempat rol
film :
∆H = -3,824 x 10-2
J
∆S = 1,258 x 10-4
J/K
|


|


|
![Rounded Rectangle: 1 sendok spatula Ba[OH]2 padat
½ sendok spatula NH4Cl padat](file:///C:\DOCUME~1\user\LOCALS~1\Temp\msohtmlclip1\01\clip_image041.gif)
|

VIII.
Analisis Data
dan Pembahasan :
Pada percobaan entropi sistem, ada 2
prosedur kerja yaitu yang pertama menggunakan 3 tabung reaksi dan yang kedua
menggunakan kotak plastik tempat rol
film. Percobaan entropi sistem ini
bertujuan untuk mempelajari perubahan entropi sistem
pada beberapa reaksi.
Prosedur pertama pada percobaan pertama yang kami lakukan adalah
menyiapkan tiga tabung reaksi. Pada tabung pertama yaitu berisi NaOH dan
aquades yang dimaksudkan untuk memahami perubahan
entropi dalam larutan NaOH. Yang pertama kami lakukan adalah memasukkan 10 mL
aquadest ke dalam tabung reaksi pertama dan diukur suhu dengan menggunakan
termometer dan dihutung suhu awal aquades T1 = 30oC.
Kemudian kami menambahkan padatan putih NaOH 0,112 gram ke dalam tabung reaksi. Campuran aquades
dan NaOH dikocok hingga homogen sehingga menghasilkan larutan tidak berwarna
lalu diukur suhu dan didapatkan nilai T2= 34oC dengan
reaksi:
NaOH (s) + H2O (l) à NaOH(aq)
Dari data yang diperoleh dilakukan perhitungan untuk menghitung
dan
. Pertama adalah menghitung mol NaOH dengan
persamaan



Lalu menghitung
nilai
dan
sesuai dengan persamaan


|
Dari perhitungan yang dilakukan didapat hasil
= 2,76 x 10-3 J/K dan
= -0,84732 J. Hasil menunjukkan bahwa perubahan entropinya positif yang berarti ada
kenaikan entropi dan reaksi berjalan spontan. Untuk perubahan entalpinya adalah
negatif yang berarti reaksi diatas adalah reaksi eksoterm (melepaskan kalor).


Pada tabung kedua yaitu berisi KNO3 dan aquades yang dimaksudkan untuk memahami perubahan
entropi dalam larutan KNO3. Yang pertama kami lakukan adalah
memasukkan 10 mL aquadest ke dalam tabung reaksi pertama dan diukur suhu dengan
menggunakan termometer dan dihutung suhu awal aquades T1 = 30oC.
Kemudian kami menambahkan padatan putih KNO3 0,8 gram ke dalam tabung reaksi. Campuran aquades
dan KNO3 dikocok hingga homogen sehingga menghasilkan larutan tidak
berwarna lalu diukur suhu dan didapatkan nilai T2= 32oC
dengan reaksi:
KNO3 (s) + H2O (l) à KNO3
(aq)
Dari data yang diperoleh dilakukan perhitungan untuk menghitung
dan
. Pertama adalah menghitung mol KNO3
dengan persamaan



Lalu menghitung nilai
dan
sesuai dengan persamaan


|
Dari
perhitungan yang dilakukan didapat hasil




Hasil menunjukkan bahwa perubahan entropinya positif yang berarti
ada kenaikan entropi dan reaksi berjalan spontan. Untuk perubahan entalpinya
adalah negatif yang berarti reaksi diatas adalah reaksi eksoterm (menerima
kalor). Akan tetapi seharusnya entropi dari KNO3 adalah negatif dan
perubahan entalpinya positif atau reaksi endoterm (menyerap kalor). Hal ini
karena pada reaksi KNO3 (s)
+ H2O (l) akan menyebabkan
KNO3 larut dalam air. Untuk dapat larut dalam air atau untuk ion-ion
KNO3 terurai menjadi K+ dan NO3-
membutuhkan energi panas (kalor yang cukup besar), maka dari itu, untuk dapat
larut dalam air, KNO3 menyerap kalor untuk terurai.
Pada tabung ketiga yaitu berisi HCl dan Mg yang dimaksudkan memahami perubahan entropi
dalam larutan MgCl2. Yang pertama kami lakukan adalah memasukkan 10
mL HCl ke dalam tabung reaksi pertama dan diukur suhu dengan menggunakan
termometer dan dihutung suhu awal aquades T1 = 30oC.
Kemudian kami menambahkan padatan abu-abu Mg 0,015 gram ke dalam tabung reaksi. Campuran HCl dan
Mg dikocok hingga homogen sehingga menghasilkan larutan tidak berwarna dan
terdapat gelembung gas H2 lalu diukur suhu dan didapatkan nilai T2=
33oC dengan reaksi:
2HCl(aq) + Mg(s) àMgCl2(aq)
+ H2(g)
Dari data yang
diperoleh dilakukan perhitungan untuk menghitung
dan
. Pertama adalah menghitung mol HCl mula-mula
dan mol Mg mula-mula sesuai persamaan berikut :


Mol
HCl mula-mula = V HCl x M HCl

Lalu mereaksikannya, setelah itu akan di dapatkan mol MgCl2.
Setelah mol MgCl2 diketahui kemudian menghitung nilai
dan
sesuai dengan persamaan


|
Dari perhitungan yang dilakukan didapat hasil
=
dan
=
.
Hasil menunjukkan bahwa perubahan
entropinya positif yang berarti ada kenaikan entropi dan reaksi berjalan
spontan. Untuk perubahan entalpinya adalah negatif yang berarti reaksi diatas
adalah reaksi eksoterm (melepaskan kalor).




Pada percobaan kedua untuk memahami perubahan entropi dalam dalam percobaan
ini kami menggunakan tempat plastic rol film. kami memasukkan 0,058 gram padatan kristal
NH4Cl dalam kotak plastik (tempat rol film). Warna padatan kristal
NH4Cl berwarna putih. Kemudian, kami menambahkan 0,087 gram padatan
Ba(OH)2 ke dalam kotak plastik. Warna bubuk Ba(OH)2
putih. Lalu kami mengukur suhu dengan menggunakan termometer. Suhu awal T1
adalah 30oC. Kami kocok kotak plastik sehingga Ba(OH)2
dan NH4Cl tercampur sempurna, kemudian diukur suhu dan didapatkan
nilai T2=31oC. Warna Ba(OH)2 campuran dan NH4Cl
adalah putih dan dihasilkan bau menyengat. Bau
dari gas menyengat ini mengindiksikan adanya gas yaitu gas NH3 atau
amoniak. Reaksinya adalah:
Ba(OH)2 (s) + 2NH4Cl(s) à BaCl2
(s) +
2NH3 (aq) + H2O (l)
Dari data yang
diperoleh dilakukan perhitungan untuk menghitung
dan
.
Pertama adalah menghitung mol Ba(OH)2 mula-mula dan mol NH4Cl
mula-mula sesuai persamaan berikut :




Lalu mereaksikannya, setelah
itu akan di dapatkan mol BaCl2. Setelah mol BaCl2
diketahui , Lalu menghitung nilai
dan
sesuai dengan persamaan


|
Dari
perhitungan yang dilakukan didapat hasil
=
dan
=
.
Hasil menunjukkan bahwa perubahan
entropinya positif yang berarti ada kenaikan entropi dan reaksi berjalan
spontan. Untuk perubahan entalpinya adalah negatif yang berarti reaksi diatas
adalah reaksi eksoterm (melepaskan kalor).




Terjadi
kesalahan yaitu pada percobaan kedua, seharusnya entropi dari KNO3 adalah negatif
dan perubahan entalpinya positif atau reaksi endoterm (menyerap kalor). Namun data dari hasil percobaan nilai
entropi dari KNO3 adalah positif dan perubahan entalpinya negative atau reaksi
eksoterm (menerima kalor), hal ini terjadi karena ketelitian saat melakukan pengukuran suhu masih kurang, sehingga terjadi
kesalahan.
IX.
Kesimpulan :
Dari hasil percobaan
dapat disimpulkan bahwa nilai Kc rata-rata adalah 7,0776 mol/l. Dan untuk
masing-masing Erlenmeyer diperoleh nilai Kc yang berbeda-beda. Untuk Erlenmeyer
1 Kc = -1,093 mol/l, Erlenmeyer 2 Kc = 1,543 mol/l, Erlenmeyer 3 Kc = 2,197
mol/l, Erlenmeyer 4 Kc = 1,415mol/l.
Apabila etanol
direaksikan dengan asam asetat akan menghasilkan etil asetat melalui reaksi
esterifikasi.
X.
Jawaban Pertanyaan :
1.
Pada data percobaan yang kami lakukan, dapat ditentukan
perubahan entropi secara kualitatif maupun kuantitatif sebagai berikut.
Perubahan entropi secara kualitatif, yaitu ditandai
dengan adanya perubahan fasa dari zat. Dalam percobaan ini perubahan tersebut
dapat ditandai dengan adanya perubahan fase dari padatan menjadi cairan dan
gas. Selain itu dapat dianalisis juga dari suhunya, semakin tinggi suhu maka
entropi positif, sehingga keacakan meningkat. Sedangkan perubahan entropi
secara kuantitatif dapat ditentukan dengan menghitung
. perhitungan
dapat dilakukan dengan menggunakan variabel
suhu, diamana semakin tinggi suhu, maka semakin tinggi nilai entropi, dapat
dihitung dengan menggunakan rumus



2.
Dalam percobaan ini, dilakukan identifikasi terhadap
perubahan entropi suatu zat. Perubahan entropi tersebut dapat dilakukan dengan
mengukur kelarutan, perubahan suhu, serta perubahan fase dari zat tersebut.
Dari hasil kelarutan, jika suatu zat berwujud padat kemudian berubah wujud
menjadi cair saat dilarutkan pada pelarutnya, maka zat tersebut larut dalam
pelarutnya yang berarti berubah fase dari padat menjadi cair, serta dilakukan
pengukuran suhunya, jika suhu meningkat dari sebelumnya, berarti nilai entropi
positif, sehingga keacakan meningkat.
XI.
Daftar Pustaka :
Atkins, P.W. 1994. Kimia Fisika. Jilid I. Terjemahan oleh : Irma I.
Kartohadiprodjo. Jakarta : Erlangga.
Chemistry. 2009: Termodinamika. http://www.chem-is-try.org/materi_kimia/kimia-anorganik-universitas/reaksi
anorganik/termodinamika/,
Diunduh pada 04 Oktober 2013 pukul 21:17 WIB
Forum
Fakta Ilmiah. 2010. Entropi dan Hukum
Kedua Termodinamika http://www. faktailmiah.com/2010/07/21/entropi-dan-hukum-kedua-termodinamika.html, diunduh pada 04
Oktober 2013 pukul 21:20 WIB
Tjahjani, Siti.dkk.
2013. Buku Petunjuk Praktikum Kimia
Fisika II. Surabaya : UNESA
LAMPIRAN
PERHITUNGAN
·
Pada tabung A :
Vair : 10 mL
m NaOH : 11,2 x 10-2
gram
T1A : 30oC = 303 K
T2A : 34oC = 307 K
Cp : 75,291 J/mol K
-
Reaksi :
H2O(l)
+ NaOH(s) àNaOH(aq)
n NaOH =


=


= 2,8 x
10-3 mol
∆S = n
. Cp . ln 

= 2,8 x 10-3 mol
x 75,291 J/mol
K x ln 

= 2,764 x 10-3 J/K
∆H = - ∆S . T2
= - 2,764 x 10-3 J/K x 307 K
= - 848,548 x 10-3 J
= -8,485 x 10-1
J
·
Pada tabung B :
Vair : 10 mL
m KNO3 : 0,8 gram
T1B : 30oC = 303 K
T2B : 32oC = 305 K
Cp : 75,291 J/mol K
-
Reaksi :
H2O(l)
+ KNO3(s) à
KNO3(aq)
n KNO3 = 

=


= 7,92
x 10-3 mol
∆S = n
. Cp . ln 

= 7,92 x 10-3 mol x 75,291 J/mol K x ln 

= 3,924 x 10-3 J/K
∆H = - ∆S . T2
= - 3,924 x 10-3 J/K x 305 K
= - 1196,82 x 10-3 J
= -1,197 J
·
Pada tabung C :
VHCl : 5 mL
m Mg : 1,5 x 10-2 gram
T1C : 30oC = 303 K
T2C : 33oC = 306 K
Cp : 75,291 J/mol K
n HCl
mula-mula = 5
x 0.1 M = 0.5 mmol
n Mg = 

= 0.062
mmol
-
Reaksi :
2HCl(l) + Mg(s)
à MgCl2(aq) + H2(g)
m : 0.5 0.062

s
: 0.376 - 0.062 0.062
mol MgCl2 = 0.062 mmol
= 0.062 x 10-4 mol
∆S = n
. Cp . ln 

= 0.062 x 10-4 mol x 75,291 J/mol K x ln 

= 26,67 x 10-4 J/K
∆H = - ∆S . T2
= - 26,67 x 10-4 J/K x 306 K
= - 8161,02 x 10-4 J
= -8,161 x 10-1 J
·
Pada tempat rol film
plastik :
m Ba(OH)2 : 0,087 gram =
8,7 x 10-2 gram
m NH4Cl : 0,058 gram = 5,8 x 10-2 gram
T1 : 30oC
= 303 K
T2 : 31oC = 304 K
Cp : 75,291 J/mol K
n Ba(OH)2
mula-mula = 

= 5,078 x 10-4 mol
n NH4Cl mula-mula =


= 10,841 x 10-4 mol
-
Reaksi :
Ba(OH)2(S)
+
2NH4Cl(s) à BaCl2(s) + 2NH3(g) + 2H2
m :
5,078 10,841

s :
-
0,685 5,078 5,078 5,078
mol
BaCl2 = 5,078 x 10-4 mol
∆S = n
. Cp . ln 

= 5,078 x 10-4 mol x 75,291 J/mol K x ln 

= 1,258 x 10-4 J/K
∆H = - ∆S . T2
= - 1,258 x 10-4 J/K x 304 K
= - 382,432 x 10-4 J
= - 3,824 x 10-2 J
LAMPIRAN
FOTO
|

|
|


|
|


|
|


Tidak ada komentar:
Posting Komentar